Jenaka Sunda merupakan jenis seni suara Sunda Jawa Barat. Pertunjukannya menitik beratkan kepada unsur karawitan, yaitu seni suara dan gendingnya. Selain menyuguhkan seni suara yang liriknya diselingi humor (jenaka), dalam percakapannya juga sert gerak-gerik pemainnya terselip humor pula.
Seni ini merupakan hasil kreativitas seorang seniman lokal yang dipanggil Menir Muda. Ia keturunan Menir atau Bang Menir. Kata Menir dalam bahasa Belanda artinya Tuan. Mungkin yang dimaksud dengan Menir Muda adalah Tuan Muda karena Menir yang tua adalah Bang Menir itu.
Menir Muda bukan saja sebagai penyanyi tetapi juga merupakan pemetik kecapi yang terampil. Ia bermain sendiri sekitar tahun 1992. Dalam perkembangannya, anggota kesenian jenaka Sunda kemudian ditambah dengan seorang pemain biola atau piul. Setelah itu, masih juga mengalami perubahan yaitu dengan bertambahnya jumlah waditra serta pemainnya. Di antara tambahan itu tercatat pemetik kecapi, dua orang, lalu penggesek biola dan juru kawih masing-masing seorang.Perkumpulan jenaka Sunda modern di Jawa Barat antara lain Eddio dan kawan-kawan dari Cicalengka, Kabupaten Bandung. Kemudian perkumpulan jenaka sunda “empat E” (Enang, Entoh, Emen dan entoy) dari Kota Bandung, yang lainnya adalah perkumpulan jenaka Sunda dari Kampung Cikabuyutan, Desa Hegarsari, Kecamatan Banjar, Kabupaten Ciamis, pimpinan Enjen.
Jenaka Sunda piminan Enjen merupakan perkumpulan Jenaka Sunda yang malang melintang pada zamannya. Apalagi ketika perkumpulan ini ini menambah kelengkapannya dengan kecapi biola Mang Adang (Tunanetra) yang dalam pertunjukannya menekankan gerakan-gerakan keterampilan menggesek biola yang diselingi dengan gerakan gurauan (ngabodor).
Waditra yang dipergunakan kesenian jenaka Sunda adalah dua buah kecapi, satu buah biola yang (kadang-kadang tidak) dimainkan oleh satu orang pemain kecapi rincik dan satu orang juru kawih ( biasanya wanita). Pakaian yang dikenakan adalah jas untuk pria dan kebaya untuk wanita. Pakaian yang dikenakan adalah jas untuk pria dan kebaya untuk wanita.
Lagu-lagu yang disajikan antara lain : Bendrong, Kidung Rengoong Gancang Panglima, Senggot, Leang-leang, Sukabumian. Lagu-lagu ini dinyanyikan oleh penyanyi pria. Sedangkan bagi penyanyi wanita lagu-lagu yang dilantunkan adalah : Hareupeun Kaca, Dikantum Kakasih, Surat Kayas, Leungiteun Kakasih dan sebagai lagu penutup ditembangkan lagu Jiro.
Sumber: Enoch Atmadibrata,”Khazanah Seni Pertunjukan Jawa Barat”, Disbudpar-Yayasan Kebudayaan Jaya Loka,Bandung,2006